Selasa, 07 Februari 2012

Penyesalan (Hadiah Sang Ayah)


Seorang pemuda bentar lagi akan diwisuda. Sebentar lagi, dia akan menjadi seorang sarjana, akhir dari jerih payahnya selama berberapa tahun di bangku kuliah. Beberapa bulan yang lalu, dia melewati sebuah showroom dan saat itu dia jatuh cinta kepada sebuah mobil sport keluaran terbaru dari ford. Selama beberapa bulan, dia selalu membayangkan jika nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan membelikan mobil itu kepadanya. Dia yakin karena dia anak satu-satunya dan ayahnya sangat sayang padanya. Dia pun berangan-angan mengendarai mobil itu, bersenang-senang dengan teman-temannya, bahkan semua mimpinya itu diceritakn pada teman-temannya.
Saatnya pun tiba. Siang itu, setelah wisuda dia melangkah pasti kearah ayahnya berada. Sang ayah tersenyum dan dengan berlinang air mata karena terharu mengungkapkan betapa dia bangga akan anaknya dan betapa ia mencintai anaknya itu. Lalu, dia pun mengeluarkan bingkisan. Bukan sebuah kunci. Dengan hati yang hancur, sang anak menerima bingkisan itu dan dengan sangat kecewa membukanya. Di balik kertas kado itu, ia menemukan sebuah kitab suci yang bersapul kulit asli dan disana terukir indah namanya dengan tinta emas. Pemuda itu menjadi marah dan dengan suara yang meninggi dia berteriak, “yah, ayah memang sangat mencintai saya! Dengan semua uang ayah, ayah belikan alkitab ini untukku?” Lalu, dia membanting kitab suci itu dan lari meninggalkan ayahnya. Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa, hatinya pun hancur. Dia berdiri mematung di tonton beribu pasang mata yang hadir pada saat itu.
Tahun demi tahun berlalu, sang anak telah menjadi orang yang sukses. Dengan bermodalkan otak yang cemerlang, dia berhasil menjadi orang yang terpandang . dia mempunyai rumah yang besar dan mewah dan dikelilikngi istri yang cantik dan anak-anak yang cerdas. Sementara itu, ayahnya semakin tua dan tiggal sendiri. Sejak wisuda itu, anakya pergi meninggalkan nya dan tak pernah menghubunginya lagi . ia berharap, suatu saat dapat bertemu dengan anaknya itu, hanya untuk meyakinkan betapa ia mengasihi anaknya. Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya, dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam.
Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah meinggal. Sebelum ayahnya meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu. Sang anak di suruh menghadap jaksa wilayah dan bersama-sama kerumah ayahnya untuk mengurus semua harta peninggalannya. Saat melangkah masuk ke rumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih mengingat semua kenangan semasa tinggal di situ. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap jelek tehadap ayahnya. Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri semua barang di rumah itu. Dan, ketika membuka brankas ayahnya dengan kertas yang sama beberapa tahun yang lalu. Dengan air mata berlinang, dia memungutnya dan mulai membuka halamannya. Di halaman pertama, dia membaca tulisan tangan ayahnya :

sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan, Tuhan Maha Kaya dari segala apa yang ada di dunia ini.

Selesai membaca tulisan itu, Sesuatu jatuh dari bagian belakang kitab suci. Dia memungutnya. Itu sebuah kunci mobil! Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil sport yang  dulu dia idamkan. Dan membuka halaman terakhir Alkitab dan menemukan disitu terselip STNK dan surat-surat lainnya. Namanya tercetak di situ, sebuah kuitansi pembelian mobil tertanggal tepat sehari sebelum hari wisudanya. Dia berlari menuju garasi dan disana dia menemukan sebuah mobil berlapiskan debu. Meskipun mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal mobil itu. Mobil yang dia dambakan bertahun-tahun lalu. Dengan buru-buru, dia menghapus debu pada jendela mobil dan melongok ke dalam. Bagian dalam mobil itu masih baru. Plastic membungkus jok mobil dan setirnya, diatas dashboard  ada sebuah foto. Foto ayahnya sedang tersenyum bangga. Mendadak dia lemas lalu terduduk di smping mobil. Air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa sesal yang tak mungkin di obati.



******************

Seberapa mahal dan berharganya kita kehilangan sebuah barang, namun tak semenyesal jika kita kehilangan orang-orang yang kita cintai (sebelum kita meminta maaf padanya)

Tidak ada komentar: